RIROTZ
Hanya sekedar sharing-sharing

Teknologi Pembelajaran dalam Pendidikan Anak Usia Dini

12.14
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A.     Pentingnya  pendidikan usia dini penting
Pada dasarnya,dari sudut religius,khususnya agama islam mengisyaratkan pentinggnya pendidikan  yang tepat sejak dini, adalah hadists yang berbunyi,”tuntutlah ilmu sejak dalam buaian sampai liang lahat’’  atau ‘’setiap anak telah terlauthir dalam keadaan fitrah,orang tua-lah yang membuat anak menjadi yahudi,masuji atau Nasara” atau ‘’manusia adalah pengembang misi kekhalifahan dimuka bumi yang tugasnya semata-mata  untuk beribadah kepada tuhan; dan manusia merupakan makhluk tertinggi yang memiliki potensi yang kalau di kembangkan melalalui pendididkan yang tepat dapat mencapai derajat yang tak terbatas’’(Qs Al-Baqarah:28-32).

Dari sisi psikologi,ahli psikologi percaya bahwa setiap individu mengalami tahapan pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Keterlambatan tugas perkembangan pada tahap sebelumnya akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya. Piaget (1972), erikson (1976), dan Vygotsky (1992) sepakat bahwa karakter  seorang individu merupakan hasil dari akumulasi pengalaman hidup yang dialami sejak lahir.dengan demikian,sebagai implikasinya,pembentukan pribadi melalui pendidikan hendaknya di lakukan dengan menciptakan lingkungan yang dapat memberikankan pengalaman positif dan sesuai dengan tahap perkembanganya.

Satu lagi yang sangat menarik adalah temuan terkini tentang cara kerja otak manusia yang sangat menakjubkan .berikut ini adalah hasil penelitian tersebut:
 1.ketika lahir,kebanyakan bayi memiliki 100 milyar sel otak aktif,dan mampu melakukan 50  trilyun kali hubungan dengan sel-sel dan bagian tubuh lain.
2.pada bulan pertama lahir,ia mampu mengembangkan hubungan synaptic baru dengan rata-rata yang cukup fenomenal,3 milyar/detik.
3.pada enam bulan pertama,bayi mampu menangkap semua suara suara dari semua bahasa di dunia,tapi kemudian ia akan belajar bicara dari suara dan kata-kata yang datang dari lingkungan paling dekat,khususnya orang tuanya .
4.pada usia delapan bulan,otak bayi memiliki sekitar 1000 triliyun hubungan.setelah itu jumlah hubungan tersebut mulai menurun , kecuali anak tersebut  terus di rangsang lewat semua indranya.
5.ketika umur 10 tahun,sekitar setengah hubungan telah mati pada kebanyakan  anak,namun masih maninggalkan sekitar  500 trilyun yang akan bertahan sepanjang hidup.
6.sampai usia 12 tahun,otak mampu menyerap dan menyimpan semua hal yang ia terima sejak lahir.selama masa inilah dan khususnya tiga tahun pertama,dasar-dasar berpikir,bahasa,pandangan,tingkah laku,bakat dan karakteristik lain diletakan.otak mencapai kesempurnaanya pada usia ini,dryden &voss(1999).
B. PENTINGNYA PENGEMBANGAN SDM MASA DEPAN YANG BERKUALITAS
      Untuk menjawab ini,sepertinya perlu kembali kita lihat pada permasalahan mendasar yang menyebabkan bangsa ini terpuruk,yaitu kualitas SDM yang rendah.hal ini tercermin dari fenomena sosial terjadi saat ini seperti korupsi, kolusi,kenakalan remaja(ABG,narkoba, tawuran pelajar),tingginya kriminalitas dan lain-lain. Betapapun tingginya keberhasilan upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi,jika mentalitas tersebut masih ada,mustahil negri ini dapat keluar dari kemelut  berkepanjangan ini.
Ini merupakan  fakta nyata  bukti nyata kegaglan pendidikan dalam membangun generasi abad 21.sistem pendidikan gagal mencetak kemampuan: (1). Berpikir tingkat tinggi (high order thingking). (2).dalam memecahkan masalah (problem solving) dan (3).sekaligus berkepribadian mulia.
 Itulah sebabnya pendidikan yang tepat sejak usia dini sangat penting bagi kualitas SDM generasi masa depan. Alasanya: pertama, permasalahan mendasar di atas (kemampuan berpikir tinggi dan kepribadian)tidak bisa di sulap seketika . memerlukan proses yang panjang  dan berkesinambungan sejak dini.seperti yang diungkapakan oleh yusuf(2000) bahwa kompetensi inti (core competency),yaitu sikap/kepribadian/watak manusia sangat sulit dientervensi melalui program pelatihan – kecuali kompetensi permukaan (surface competency) –seperti pengetahuan dan keterampilan. Alasan kedua,seperti terlihat dalam cara kerja otak  yang telah dibahas sebelumnya, dasr-dasar kemampuan berpikir .yaitu bahasa ,visi,bakat dan karakteristik kepribadian lain seperti self-esteem.self-confidence,dan lain-lain mempunyai peluang berkembang dengan baik  dilakukan sejak dini.
C. PROGRAM AKSI
Berdasarkan data tahun 2000,indonesia memiliki sekitar 26,09 juta anak.jika tidak segera dilakukan upaya pendidikan yang tepat,maka indonesia akan  kehilangan sekitar 26 juta anak yang punya potensi besaruntuk menjadi generasi penerus di tahun 2020 nanti.sementara ini,menurut data yang ada,jumlah anak yang  baru terlayani pendidikanyya melalui program pendidikan anak dini usia (PADU),baru sekitar 17,9 juta sementara itu dari 12,22 juta anak usia 4-6 tahun, baru  17,39% yang mendapat pelayanan pendidikan (kompas,18 februari 2002). Data ini baru berbicara tentang jumlah (kuantitas),belum berbicara tentang kualitas layanannya.Namun,seperti diakui oleh Direktorat PADU-Ditjen Diksasemen,bahwa untuk menyenggarakan pendidikan yang tepat sejak dini ,diperlukan kerjasama dari berbagai pihak,terutama pihak orang tua (keluarga),tenaga pengajar(sekolah) dan tenaga kesehatan dan gizi.

 Berkaitan dengan hal ini setidaknya ada tiga program besar bersekala internasional yang harus dilakukan  secara terpadu dan berkesinambungan.ketiga program ini,tidak kalah pentingnya dengan program kampanye keluarga berencana,kampanye anti NARKOBA,atau pemberantasan korupsi,kolusi dan nepotisme.ketiga program tersebut adalah:
1).Gerakan kampanye Melek  mendidik anak yang tepat bagi orang tua .
2).program pendidikan anak usia dini yang tepat,dan
3).program perbaikan kesehatan dan Gizi untuk ibu dan anak.
   Jadi setidaknya terdapat tiga komponen utama untuk memecahkan masalah ini,yaitu:1. keluarga (ayah, ibu, kakak, paman, pembantu, dll). 2.sekolah(guru, office-boy,s taff sekolah); dan 3.kesehatan (dokter , psikolog, psikiater, ahli gizi perawat dll).

D.PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ANAK DINI USIA
  1. Peranan Teknologi Belajar dalam gerakan kampanye melek mendidik anak bagi orang  Tua
  Masalah kenakalan remaja (juvenille delinquency),seperti tawuran pelajar,narkoba dan lain-lain,banyak ditimpakan kepada sekolah.Dari satu sisi, jawabanya adalah ya, tapi di sisi lain pihak orang tua (ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, kakak,t ermasuk pembantu/babby sitter) memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan anak.terutama bagi kalangan menengah keatas yang lebih senang menitipkan anakny a kepada pembantu (baby sitter) dan sekolah,walaupun harus rela membayar dengan harga yang mahal.
     
    Pendek kata, masih banyak para orang tua yang belum memainkan perananya dengan benar sebagai pendidik utama.menurut ki hajar Dewantara,keluarga adalah institusi pendidikan pertama dan paling utama.bahkan suatu survei di Amerika menyebutkan adanya indikasi bahwa sebagian besar anak yang terlibat kenakalan remaja (narkoba,dll), pada masa kecilnya tidak pernah diberikan peran dan tanggung jawab seperti: mencuci piring, mencuci mobil atau bahkan mambersihkan kamarnya sendiri.

   Fenomena tersebut menunjukan bahwa masih banyak para orang tua yang memperlakukukan anaknya secara kurang tepat.pemikiran inilah  yang melandasi munculnya gagasan perlunya gerakan melek mendidik anak yang tepat bagi orang tua.

  Teknologi pembelajaran sebagai disiplin ilmu yang senantiasa berupaya memecahkan masalah belajar manusia,berkolaborasi dengan penerapan disiplin ilmu lain,dengan segala inovasinya memainkan peranan penting dalam gerakan melek mendidik anak ini.peranan tersebut ,di tinjau dari segala kawasannya seperti dideskripsikanseperti berikut ini:
a. Kawasan Desain & Pengembangan
    Peranan teknologi pembelajaran dalam gerakan melek  mendidik anak dari sisi kawasan desain dan pengembangan dapat digambarkan seperti tabel berikut ini.

Peran Teknologi pembelajaran dalam kampanye
Melek Mendidik Anak

kawasan
Contoh peran
D
E
S
A
I
N


Sistem pembelajaran
·    Desain sistem pelatihan /penyuluhan; yang berkaitan tentang : cara mendorong kreatifitas anak di rumah ; teknik menanamkan disiplin tanpa hukuman;memahami tahap-tahap perkembangan anak (0 s/d 8 tahun);cara mudah membantu anak gemar membaca;dll.
D
E
S
A
I
N


Desain pesan
·    Mendesain poster pentingya melek mendidik anak secara tepat ;mendesain buku panduan praktis cara-cara mendidik anak dengan tepat;mendesain program televisi tentang pendidikan anak usia dini (bisa berupa talkshow,kuis,film,dll);berdasarkan karakteristik masyarakat yang dituju.



Strategi pembelajaran
·    Merancang model strategi penyuluhan berkaitan dengan upaya membangun melek mendidik anak bagi orang tua.
P
E
N
G
E
M
B
A
N
G
A
N



Teknologi
cetak
·    Pengembangan buku panduan praktis melek mendidik anak,baik untuk kebutuhan pelatihan atau dibaca sendiri,yang menarik dan mudah di mengerti masyarakat.kalau perlu dengan mengangkat ayat-ayat suci dari kitab suci atau kata-kata bijak untuk lebih menyakinkan mereka.
·    Pengembangan poster,leaflet,brosur dan lain-lain;



Non-cetak
    Pengembangan program Audio-Visual (seperti video ,vcd,dll)atau program-program televisi lain seperti (film,talkshow,kuis dll) yang isinya tentang teknik mendidik anak yang baik dan tepat.

Teknologi terpadu
·  Pengembangan multi media ; pusat informasi interaktif yang menyajikan artikel,hasil penelitian,diskusi (orang tua )on-line melalui internet tenteng teknik mendidik anak yang baik dan tepat


b. Kawasan pemanfaatan
      Peran teknologi belajar dalam kawasan  pemanfaatan menurut adanya  penggunaan,diseminasi,difusi,implementasi dan pelembagaaan yang sistematis.hal ini dapat dijelaskan dalam kasus ilustratif,misalkan-karena sifatnya yang urgen-kampanye melek mendidik anak bagi orang tua kita anggap sebagai suatu ade baru (inovasi).
      Teknologi pembelajaran juga dapat memainkan perananya dalam melakukan advokasi menentukan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan gerakan melek mendidik anak ini,misalnya dalam undang-undang perlindungan Hak Anak.
c. Kawasan Evaluasi
   Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan sejauh mana kualitas efektifitas suatu program ,proses,produk,tujuan atau kurikulum. Evaluasi  juga dapat dilakukukan ketika suatu program di rancang dan di kembangkan (formatif).jadi teknologi  pembelajaran berperan dalam melakukan  evaluasi program penyuluhan melek mendidik anak ,evaluasi produk (media melek  mendidik anak:poster,buku,film dll),maupun evaluasi proses (strategi pelatihan/penyuluhan melek mendidik anak).

2. Program pendidikan sesuai perkembangan anak
    Masalah penyenggraan pendidikan anak yang penting untuk di perhatikan ,yaitu upaya pengembangan dan peningkatan yang lemah.banyak penyelenggara pendidikan anak yang mengadopsi pendidikan anak tertentu .mereka menerapkan sepenuhnya program yang telah ada,tanpa upaya untuk melakukan pengembangan dan peningkatan terhadap praktek yang dilakukun.sehingga apa yang telah mereka  lakukan hanya sekedar rutinitas saja.

Bagaimanakah seharusnya pendidikan anak yang tepat itu?
Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat kita jadikan sebagai pegangan.
a.      Anak adalah anak bukan miniatur orang dewasa, mereka msti diperlakukan sesuai dengan dunianya, yaitu dunia anak (Porter, 1998). Kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan perlakuan yang pernah diterimanya sejak kecil.
b.      Anak belajar dengan baik apabila ia mencari sendiri, menemukan sendiri, membangun sendiri, dan mmbangun ulang kembali. Tugas guru hanyalah membimbing dan memfasilitasi saja (Piaget, 1972;Vygotsky, 1992).
c.      Setiap anak mengalami proses perkembangan tertentu (fisik, kognitif, sosial, dan emosi),ai berdasarkan kronologis umur maupun tahap perkembangan tertentu.
d.     Keterlambatan perkembangan pada tahap sebelumnya akan mengganggu tahap perkembangan anak  selanjutnya.
e.       Karena pada hakikatnya dunia anak adalah dunia bermain, keempat aspek perkembangan tersebut dapat dikembangkan melalui tiga lingkungan bermain yaitu :
1. Lingkungan bermain konstruksi : meliputi konstruksi terstruktur dan tak terstruktur.
2.  Lingkungan bermain fungsional : meliputi motorik halus dan kasar.
3.  Lingkungan bermain simbolik/bermain peran.
4.  Permainan dengan aturan (Piaget, 1972;Wolfgang,1992).
Apa implikasi bagi program pendidikan anak yang sesuai dengan perkembangan?berikut ini adalah beberapa implikasinya menurut the National Association for Education of Young Childern (NAEYC, 1986).
a.       Kurikulum pendidikan anak harus memberikan peluang bagi semua perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosi melaui pendekatan terpadu.
b.       Peristiwa belajar harus dipandang sebagai proses interaktif. Guru menyiapkan lingkungan belajar yang memungkinkan anak bereksplorasi dan berinteraksi aktif baik dengan guru ataupun teman sebaya.
c.       Kegiatan dan media belajar harus kongkrit, nyata, dan relevan dengan kehidupan.
d.      Guru harus memberikan aktifitas belajar yang variatif dna menantang (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) yang memungkinkan peningkatan kemampuan anak.
e.     Perencanaan pembelajaran anak didasarkan atas hasil observasi dan catatan perkembangan anak melalui penelitian yang dilakukan oleh guru.
3. PERAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK     
A.      KAWASAN DESAIN DAN PENGEMBANGAN.
                             I.    Desain dan Pengembangan Model-model  Program yang Sesuai dengan Perkembangan Anak (developmentally Appropriate Curriculum).
Mengingat pentingnya pendidikan anak sejak dini, masyarakat perlu diberi kebiasaan untuk mengembangkan kurikulum pendidikan anak. Untuk itulah teknolog pembelajaran, bersama-sama dengan ahli lain seperti ahli psikologi perkembangan, dokter, dan pendidikan anak.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, menurut NAEYC :
·   Kesesuaian dengan perkembangan anak(fisik, kognitif, sosial dan emosi)
·    Kesesuaian dengan karakteristik individual anak
·  Memanfaatkan/melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti psikologi, neurologi dan lain-lain;
·    Kesesuaian dengan nilai budaya-budaya setempat
·    Harapan orangtua.
                             II.  Desain dan Pengembangan Model Strategi Belajar dan Mengajar.
Otak, bukanlah ibarat kapal yang siap muat, tapi bagaikan api yang siap disulut. Setiap anak lahir dalam keadaan jenius(siap belajar), tettapi sayang dalam masa-masa enam tahun pertama, kita banyak melakukan pembodohan terhadap mereka.(Dryden & Voss, 1999).
Segala sesuatu akan bermakna bagi anak, apabila ia melakukannya dan menemukannya sendiri, melalui interaksi aktif dengan lingkungannya, guru hanya sebagai fasilitator saja (Vygotsky,1992)
Beberapa implikasi dari teori-teori tersebut bagi program pendidikan anak adalah :
· Kurikulum pendidikan harus memberikan peluang bagi perkembangan semua aspek perkembangan anak.
·  Peristiwa belajar harus dipandang sebagai proses interaktif, dimana guru memfasilitasi suatu lingkungan belajar ang memungkinkan anak belajar melalui interaksi aktif dengan guru dan teman sebaya.
·   Kegiatan dan media pembelajaran harus kongkret, nyata, beragam dan relevan dengan kehidupan anak.
·  Guru harus memberikan aktifitas belajar yang variatif, memberikan tantangan, meningkatka kemampuan anak segera setelahkemajuan anak terlihat.
·    Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan hasil observasi dan catatan perkembangan anak yang dilakukan oleh guru.
B.  KAWASAN PENGELOLAAN.
Dalam kawasan ini, suatu hal penting yang diangkat adalah masalah pengelolaan pusat sumber belajar (PSB).
Pusat sumber belajar adalah suatu lembaga yang terorganisir (terdiri dari pimpinan, staff dan kelngkapannya) yang berperan dalam produksi, pemanfatan dan penyajian bahan-bahan pembelajaran serta mmberikan pelayanan untuk pengembangan baik yang berkaitan dengan kurikulum dan pengajaran dalam suatu institusi pendidikan. Pentingnya PSB dalam suatu institusi pendidikan sebagai berikut :
1.  Pusat penelitian dan pengembangan pembelajaran (meliputi kurikulum, metode, dan media)
2.  Pusat layanan konsultasi ( untuk guru atau personel)
3.  Pusat pustaka software pembelajaran cetak maupun non cetak.
4. Pusat perancangan, produksi/pengembangan dan evaluasi media pembelajaran.
5.  Pusat penyimpanan dan pemeliharaan media pembelajaran.
Untuk itulah, peran teknolog pembelajaran yang mengerti betul peran dan fungsi PSB ini diperlukan dalam pendidikan anak isia dini.
C.  KAWASAN PEMANFAATAN
Yang penting untuk disoroti dalam kawasan ini adalah peran difusi inovasi, khususnya agen perubah. Agen perubah adalah seseorang yang bertugas dan mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi.
Peran teknolog pebelajaran yang memahami betul konsep teknologi kinerja (human performance technoogy) dan proses difusi inovasi pendidikan, harus bertindak sebagai agen perubah atau sebagai “human performance technologist”. Dengan demikian institusi  pendidikan anak dapat berkembang sebagai organisasi belajar.

KESIMPULAN
Menghadapi kenyataan krisis ekonomi sejak akhir tahun 1997,yang berdampak terhadap berbagai krisis multidimensi lain,baik sosial,politik,keamanan dan bahkan integritas bangsa,SDM Indonesia pada tahun mendatang akan menghadapi tantangan yang lebih berat.oleh karena itu,pendidikan sejak dini harus lebih ditingkatkan.

Read On 0 komentar

Definisi Teknologi Pendidikan Tahun 2004

11.59

DEFINISI TP TAHUN 2004

AECT 2004 ( AECT Definition and Terminologi Committee document #MM4.0 ), Teknologi Pendidikan adalah :

Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources. (Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.)

Definisi ini mengandung beberapa elemen kunci,yaitu :
  • Studi. Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan melalui penelitian dan refleksi praktek, yang tercakup dalam istilah studi.
  • Etika Praktek. Mengacu kepada standard etika praktis sebagaimana didefinisikan oleh Komite Etika AECT mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan.
  • Fasilitasi. Pergeseran paradigma kearah kepemilikan dan tanggung jawab pembelajar yang lebih besar telah merubah peran teknologi dari pengontrol menjadi pem-fasilitasi.
  • Pembelajaran. Pengertian pembelajaran saat ini sudah berubah dari beberapa puluh tahun yang lalu. Pembelajaran selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan pemahaman.
  • Peningkatan. Peningkatan berkenaan dengan perbaikan produk, yang menyebabkan pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas, yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata.
  • Kinerja. Kinerja berkenaan dengan kesanggupan pembelajar untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya. 


Berdasarkan definisi AECT 2004 ( AECT Definition and Terminologi Committee document #MM4.0 ), Teknologi Pendidikan adalah :

Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources. (Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses  dan sumber daya teknologi.)

Definisi ini mengandung beberapa elemen kunci yaitu :
Studi. Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan melalui penelitian dan refleksi praktek, yang tercakup dalam istilah studi.  
Etika Praktek. Mengacu kepada standard etika praktis sebagaimana didefinisikan oleh Komite Etika AECT mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan. Fasilitasi. Pergeseran paradigma kearah kepemilikan dan tanggung jawab pembelajar yang lebih besar telah merubah peran teknologi dari pengontrol menjadi pem-fasilitasi. Pembelajaran. Pengertian pembelajaran saat ini sudah berubah dari beberapa puluh tahun yang lalu. Pembelajaran selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan pemahaman. 
Peningkatan. Peningkatan berkenaan dengan perbaikan produk, yang menyebabkan pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas, yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata.  
Kinerja. Kinerja berkenaan dengan kesanggupan pembelajar untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya.

Berdasarkan definisi 1994, Teknologi Pembelajaran adalah ; Teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Komponen definisinya adalah : teori dan praktek ; desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian ; proses dan sumber ; untuk keperluan belajar.

Perbedaan antara kedua definisi ini adalah :
Definisi 1994                                                     Definisi 2004
1. Menekankan pada teori dan praktek             Menekankan pada Studi dan etika praktek
2. Pokok kegiatan adalah desain, pengembangan            Penciptaan, pengaturan, dan penggunaan
    pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian
3. Tujuan untuk keperluan belajar              Tujuan memfasilitasi pembelajaran
4. Utilisasi proses & sumber belajar               Utilisasi proses & sumber daya teknologi

Untuk poin 1, definisi 2004 sudah lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika praktek. Poin 2, definisi 2004 memiliki kekurangan karena tidak mencakup untuk penilaian. Poin 3 sudah berkenaan dengan perubahan paradigma, dimana teknologi pembelajaran hanya memfasilitasi pembelajaran – artinya faktor-faktor lain dianggap sudah ada. Poin 4, definisi 2004 sudah lebih luas karena yang dikelola bukan hanya semata proses dan sumber belajar, tetapi lebih jauh sudah mencakup proses dan sumber daya teknologi.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa definisi 2004 sudah mencakup aspek etika dalam profesi , peran sebagai fasilitator, dan pemanfaatan proses dan sumber daya teknologi.
Read On 0 komentar

Program pemanfaatan dan pengembangan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi

11.44
1. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, baik dari segi jumlah penduduk, luas wilayah, kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki.
Namun, kebesaran ini juga membawa beberapa tantangan di dalam mengelola seluruh sumberdaya yang ada dan untuk membawa negara ini semakin maju. Salah satu contoh tantangan adalah kondisi geografis negara Indonesia yang membentang dari Barat ke Timur, yang terdiri atas 14.000 pulau besar dan kecil serta diselingi dengan laut dan selat.
Kondisi ini pasti menyulitkan pelaksanaan beberapa program pemerintah yang membutuhkan kecepatan dan keluasan. Salah satu program utama yang mengalami tantangan ini adalah dunia pendidikan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, maka pendidikan adalah hak mutlak bagi warganegara Indonesia, dimana menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut.
Berbagai daya dan upaya dikerahkan untuk memenuhi amat tersebut dan melibatkan seluruh alat yang dapat dimanfaatkan, termasuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan merupakan sebuah alat di dalam mencapai tujuan pedidikan, yaitu mencerdaskan anak bangsa, dimana di dalam pengembangannya terbagi atas beberapa hal, yaitu infrastruktur, SDM dan konten. Ketiga hal tersebut dilaksanakan secara paralel, karena satu sama lain harus saling mendukung untuk dapat menjadi sebuah alat yang lengkap untuk dimanfaatkan di dalam pencerdasan anak bangsa.

2. PEMBAHASAN
Khusus di Departemen Pendidikan Nasional, perkembangan infrastruktur, SDM dan konten di dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi telah dimulai sejak abad 19 dan mengalami akselerasi yang cukup tinggi pada awal abad 20, yaitu pada tahun 1999 hingga saat ini.
Beberapa program pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya Infrasruktur adalah:
  1. Jaringan Internet (Jarnet)
  2. Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
  3. Wide Area Network Kota (WAN Kota)
  4. Information and Communication Technology Center (ICT Center)
  5. Indonesia Higher Education Network (Inherent)
  6. Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
  7. South East Asian Education Network (SEA EduNet)

2.1 Jaringan Internet (2000)
Sebelum tahun 1999 sebenarnya secara parsial Departemen Pendidikan Nasional telah banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan maupun menjalankan program yang berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), utamanya untuk sarana komunikasi antar institusi dan otomatisasi pendataan. Beberapa diantaranya adalah pembuatan mailing list untuk komunikasi langsung antara pusat dengan daerah, menggalakkan pembuatan web site bagi sekolah untuk penyebaran informasi bagi sekolah tersebut serta penyusunan berbagai program pendataan berbasis TIK.
Namun, untuk pengembangan infrastruktur secara nasional dan dalam jumlah besar dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) pada tahun 2000 dalam sebuah program yangdisebut dengan Jaringan Internet atau Jarnet.
Latar belakang program ini adalah untuk mendukung pemercepatan internetisasi sekolah-sekolah di Indonesia khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Hal ini karena SMK mulai diwajibkan untuk memiliki alamat email dan juga diminta untuk memiliki web site untuk sarana promosi sekolah masing-masing. Hal ini ditandai dengan perkembangan mailing list Dikmenjur yang pada awalnya hanya memiliki 2 orang anggota dan saat ini telah memiliki 5700 anggota dengan rata-rata komunikasi sebesar 600 email per-bulan.
Tujuan dari program ini adalah:
  1. Mempercepat pelaksanaan Internetisasi di SMK Negeri dan Swasta.
  2. Meningkatkan komunitas antar SMK.
  3. Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki.
  4. Menyediakan sarana mendapatkan informasi terkini dan media pembelajaran bagi warga sekolah dan masyarakat umum.
  5. Menyediakan media promosi sekolah dalam rangka peningkatan minat/animo masyarakat terhadap SMK.
  6. Menjadikan jarnet bagian dari unit produksi agar mengembangkan warnet di sekolah.

Dengan demikian bantuan Jarnet di sekolah selain untuk memperkenalkan pemanfaatan teknologi informasi kepada segenap warga sekolah, juga untuk memberi dorongan agar sekolah dapat meningkatkan kinerjanya dengan mendayagunakan komputer yang ada, serta memperkenalkan Internet sebagai sarana mencari informasi dan sarana komunikasi yang efektif dan efisien.
Bantuan Jarnet ini dimaksudkan agar digunakan untuk pengadaan peralatan dan pelatihan pemasangan jaringan lokal (LAN) di sekolah.
Program pengembangan Jaringan Internet diperuntukkan bagi semua SMK Negeri/ Swasta di Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 2003 terdapat 744 SMK yang sudah memiliki jaringan Internet melalui program Jarnet ini.

2.2 Jaringan Informasi Sekolah (2001 – 2002)
Senyampang dengan mulai menjamurnya kebutuhan terhadap internet yang diakibatkan oleh program Jarnet, maka kebutuhan infrastruktur dan sarana komunikasi juga semakin meningkat. Khusus mengenai infrastruktur, sebagian besar sekolah yang ada di kabupaten dan kota hanya memiliki komputer yang memiliki spesifikasi yang amat rendah. Bahkan banyak yang tidak memiliki harddisk.
Namun, karena minat yang amat tinggi, mereka juga berkeinginan untuk memiliki jaringan yang terhubung dengan internet.
Pada tahun 2001, pengembangan program cloning sedang marak dimana-mana, yaitu memanfaatkan 1 komputer yang memiliki kapasitas besar dan dibagi ke komputer-komputer lainnya melalui sistem jaringan. Sehingga sekolah tidak perlu membeli banyak komputer lagi, namun cukup membeli 1 komputer yang berkapasitas besar. Namun, pengetahuan ini masih amat terbatas, karena dibeberapa tempat menjadi sebuah lahan bisnis yang menggiurkan dan ditawarkan dengan harga yang cukup tinggi.
Oleh Depdiknas, program ini kemudian dipelajari dan disebarluaskan ke seluruh propinsi agar dapat diterapkan di sekolah-sekolah.
Disisi lain, perkembangan TIK yang cukup pesat membutuhkan SDM yang handal, juga membutuhkan sarana komunikasi dan diskusi bagi penggiat TIK di satu daerah, agar para guru yang memiliki hobi yang sama dapat berkumpul secara teratur setiap bulan untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan di dalam bidang TIK. Untuk berkumpul ini juga dibutuhkan sebuah lokasi yang representatif, yang memiliki sarana dan prasarana dalam bidang TIK serta dapat dijadikan sebuah sekretariat.
Dengan dasar inilah, Depdiknas pusat mencoba untuk memacu hal tersebut dengan “memberikan kail” berupa bantuan untuk pelatihan awal dan merangsang pembentukan sekretariat TIK di masing-masingkabupaten/kota.
Program inilah yang disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah atau disingkat JIS.
Mengapa disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah ? Karena diharapkan fungsi utama dari prgoram ini adalah untuk menjaring seluruh sekolah di dalam satu wilayah agar saling berbagi informasi,khususnya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Peserta JIS ini tidak terbatas kepada SMK saja, namun diikuti oleh seluruh SLTA di daerah tersebut, SLTP dan beberapa SD. Syarat utama untuk ikut di dalam JIS adalah memiliki minat terhadap TIK
Hasil yang diharapkan dari program ini adalah:
  1. Terbentuknya Jaringan Informasi Sekolah di Kabupaten/Kota
  2. Terbentuknya Jaringan Lokal (Local Area Network) di masing-masing sekolah yang menjadi peserta pelatihan
  3. Tersosialisasikannya informasi mengenai program cloning PC, sehingga bagi sekolah yang memiliki komputer dengan spesifikasi rendah, tetap dapat dimanfaatkan untuk aplikasi perkantoran atau untuk internet

Hingga tahun 2003, telah terbentuk 154 JIS di seluruh Indonesia. Ini merupakan embrio pengembangan SDM untuk program TIK yang sejak program ini digulirkan menjadi lebih cepat lagi pengembangannya.

2.3 Wide Area Notwork (WAN) Kota (2002-2003)
Perkembangan kebutuhan akan TIK sejak bergulirnya program Jarnet dan JIS semakin besar, utamanya kebutuhan terhadap koneksi internet yang digunakan untuk mempercepat proses pengiriman data dan informasi dari daerah ke pusat serta untuk proses pembelajaran.
Namun disisi lain, harga internet di Indonesia yang masih amat mahal menjadi pemikiran utama dari sekolah-sekolah tersebut. Untuk bisa membiayai operasional sehari-hari saja masih amat sulit, apalagi harus menyisihkan dana setiap bulan untuk biaya internet.

(Gambar 1. Sistem Jaringan WAN Kota)
 
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dikembangkanlah program WAN Kota, yang mencoba menghubungkan jaringan lokal di semua sekolah yang berada pada satu wilayah dan kemudian memasang koeksi internet pada salah satu simpul di daerah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan biaya internet yang seharusnya hanya diatnggung oleh satu sekolah menjadi tanggungan bersama. Ini akan meringankan dan memudahkan sekolah-sekolah tersebut untuk turut serta menikmati koneksi internet.
Secara umum, fungsi dan manfaat program WAN Kota adalah:
  1. wahana berbagi (sharing) sumber daya data, informasi, dan program pendidikan;
  2. media komunikasi berbasis web atau multimedia antar lembaga pendidikan yang dibangun, dikelola, dan dikembangkan secar mandiri, kolektif, dan sistematis oleh semua lembaga pendidikan yang terlibat di dalam jejaring tersebut;
  3. infrastruktur pemelajaran jarak jauh (e-learning) dan pelayanan pemerintahan (e-government);
  4. sumber informasi dan komunikasi antar sekolah (SLTP, SMU dan SMK);
  5. pusat penyimpanan (server) modul pembelajaran;
  6. pusat pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat sekitarnya;
  7. digital library (perpustakaan berbasis komputer) yang dapat diakses semua sekolah di Kabupaten/Kota.

Secara umum, teknologi yang digunakan untuk program WAN Kota ini adalah teknologi Wireless IEEE 801.11 a/b/g yang memanfaatkan frekwensi 2,4 Ghz. Dengan penggunakan frekwensi yang free inilah, maka setiap sekolah hanya bermodalkan satu set antena Grid Parabolic ataupun menggunakan antena kaleng dan wajanbolic yang dirakit sendiri sudah dapat menikmati koneksi internet yag murah.
Dengan program ini, maka bermunculan juga sentra-sentra perakitan perangkat 2,4 Ghz di beberapa tempat, sehingga menggerakkan indutri kecil di daerah tersebut. Juga di beberapa lokasi, program ini disandingkan dengan RT/RW Net, sehingga pengguna internet tidak terbatas pada sekolah saja, melainkan juga masyarakat umum.
Hingga tahun 2003, telah terbentuk 31 WAN Kota di Indonesia.

2.4 ICT Center (2004 – 2006)
Program WAN Kota yang telah dikembangkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003 akhirnya dirasakan hanya menitikberatkan kepada aspek perangkat keras dan jaringan saja, sedangkan pengembangan TIK tidak hanya terdiri atas kedua aspek tersebut. Pengembangan SDM juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi lokasi WAN Kota, sehingga mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas dari WAN Kota menjadi sebuah institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di daerah dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan pemikiran inilah, lahir sebuah program dan institusi dengan nama Information and Communication Technology (ICT) Center yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten/Kota.
Untuk mempersenjatai fungsi tersebut, maka ICT Center dibentuk dengan infrastruktur yang melebihi WAN Kota, karena fungsu utamanya bukan hanya sekedar menghubungkan LAN di da satu wilayah saja, melainkan meluas kepada fungsi Capacity Bulding.
Perangkat yang diberikan kepada masing-masing ICT Center adalah satu set tower dan perangkat server 2,4 Ghz untuk membagi koneksi internet yang dimiliki, satu atau dua paket laboratorium komputer, dan perangkat pendukung jaringan lainnya, seperti VoIP Phone, Router, Switch dan lain-lain. Khusus ICT Center tahun 2005 malah diberikan bantuan koneksi selama 6 bulan melalui VSAT dengan bandwidth 128 Kbps 1:1 dengan ISP Indosat M2.
Berbagai program pelatihan telah dilaksanakan oleh seluruh ICT Center ini, dan sebagian berkolaborasi dengan pemerintah daerah maupun institusi lainnya. Di beberapa tempat, ICT Center malah sudah menjadi sebuah kebutuhan daerah, sehingga pemanfaatan perangkat yang dimiliki tidak hanya dari sekolah itu sendiri namun sudah amat meluas hingga ke masyarakat umum.
Hingga tahun 2008 ini, total ICT Center di seluruh Indonesia adalah 430 Unit
 
2.5 Inherent (2006 – 2007)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga turut menggeliat di dalam pengembangan TIK dan tidak kalah dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebenarnya, sejak tahun 90-an, sudah banyak perguruan tinggi yang secara parsial maupun kelompok kecil telah mengembangkan infrastruktur TIK di kampus masing-masing. Yang amat terkenal adalah ITB dengan berbagai risetnya untuk bidang internet dan jaringan lokal.
Secara nasional, infrastruktur yang dibangun untuk menghubungkan seluruh perguruan tinggi dibangun pada tahun 2006, dalam bentuk program Indonesian Higher Education Network atau Inherent.
Program INHERENT menghubungkan 32 perguruan tinggi sebagaibackbone utama dimana perguruan tinggi lainnya dapat terhubung ke PT backbone tersebut apabila hendak terhubung dalam satu sistem jaringan.

(Gambar 2. Sistem Jaringan INHERENT)
Karena tujuan utama dari sistem ini adalah untuk riset dan pengembangan, maka jalur data yang disiapkan cukup besar, bahkan mencapai 155 Mbps dengan link yang terkecil mencapai 2 Mbps.

2.6 Jejaring Pendidikan Nasional (2006 – sekarang)
Program ICT Center dan WAN Kota yang dibangun hingga tahun 2006 telah berhasil membangun jaringan lokal di dalam masing-masing kabupaten kota, serta telah membentuk komunitas di dalam bidang TIK.
Selanjutnya, untuk menggabungkan seluruh ICT Center, WAN Kota dan Institusi pendidikan lainnya di seluruh Indonesia, pada tahun 2006 dikembangkan program Jejaring Pendidikan Nasional atau Jardiknas.
Untuk memudahkan pengelolaan, Jardiknas dibagi atas 4 zona, yaitu Zona Kantor Dinas dan Institusi, Zona Perguruan Tinggi, Zona Sekolah, dan Zona Personal (Guru dan Siswa)

(Gambar 3. Sistem Jaringan Jardiknas)
Seluruh lokasi terhubung dengan teknologi MPLS dan dikelola oleh 3 NOC, dimana seluruh NOC dihubungkan dengan link internasional dan IIX sebesar 200 Mbps.
Hingga akhir tahun 2007, telah terhubung 1.014 titik institusi dan 11.825 sekolah dengan Jardiknas.
 
2.7 SEA EduNet ( 2008 )
Rencana pengembangan ke depan adalah mengintegrasikan jejaring yang telah dibentuk di Indonesia dengan negara-negara tetangga, agar dapat dilaksanakan sharing knowledge dengan lebih intensif. Hal ini bertujuan agar seluruh institusi kita memiliki wawasan yang lebih mengglobal.
Salah satu teknologi yang saat ini sedang dijajaki oleh Depdiknas, utamanya oleh institusi Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Distance Learning Centre (SEAMOLEC) adalah teknologi multicast, yang menggunakan perangkat parabola untuk downstream dan teresterial untuk upstream.
Teknologi ini amat sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia, yang bergunung-gunung dan masih sulit dijangkau secara merata dengan koneksi kabel.

(Gambar 4. Sistem Jaringan SEA EduNet)
Diharapkan pada tahun 2008, sudah dapat diujicobakan pada seluruh Propinsi di Indonesia.
 
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan Infrastruktur TIK pada Departemen Pendidikan  Nasonal dilakukan secara bertahap dan berjenjang sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan lapangan.   Dengan pengembangan infrastruktur ini maka pengelolaan pendidikan di Indonesia dapat lebih efektif dan efisien.

3.2 Rekomendasi
Integarasi sistem Jaringan yang saat ini telah dibangun dengan memanfaatkan dana rakyat harus terus dijaga, utamanya didalam setiap pengembangan program ke depan, agar tidak terkesan “membongkar pondasi” setiap ada kebijakan yang baru. Selain itu, pengembangan konten yang menjadi alat transportasi yang memanfaatkan infrastruktur ini harus lebih diperkaya, sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal.

4. REFERNSI
[1].“Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)”, http://jardiknas.diknas.go.id
[2].“Buku perkembangan ICT Dikmenjur”, Direktorat Dikmenjur, 2005

[3] Oleh: Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto, Ir. Bagiono Djokosumbogo, Bondan S. Prakoso, S.T., Khalid Mustafa, S.T
Read On 0 komentar

Mengenai Saya

Followers

Komentar ya!

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Copyright © 2010- Rizki Ariyanti
Google Pagerank Powered by  MyPagerank.Net