A. DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
AECT (Association for Educational and Communications and Technology),2004. Teknologi Pendidikan adalah :
Educational
technology is the study and ethical practice of facilitating learning
and improving performance by creating, using, and managing appropriate
technological processes and resources. (Teknologi Pendidikan
adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan
meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan
proses dan sumber daya teknologi.)
Definisi ini mengandung beberapa elemen kunci,yaitu :
· Studi.
Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan
memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan
melalui penelitian dan refleksi praktek, yang tercakup dalam istilah
studi.
· Etika Praktek.
Mengacu kepada standard etika praktis sebagaimana didefinisikan oleh
Komite Etika AECT mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi
Teknologi Pendidikan.
· Fasilitasi. Pergeseran
paradigma kearah kepemilikan dan tanggung jawab pembelajar yang lebih
besar telah merubah peran teknologi dari pengontrol menjadi
pem-fasilitasi.
· Pembelajaran.
Pengertian pembelajaran saat ini sudah berubah dari beberapa puluh
tahun yang lalu. Pembelajaran selain berkenaan dengan ingatan juga
berkenaan dengan pemahaman.
· Peningkatan. Peningkatan
berkenaan dengan perbaikan produk, yang menyebabkan pembelajaran lebih
efektif, perubahan dalam kapabilitas, yang membawa dampak pada aplikasi
dunia nyata.
· Kinerja. Kinerja berkenaan dengan kesanggupan pembelajar untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya.
B. TEKNOLOGI KINERJA
Dalam teknologi kinerja, kami menggunakan definisi TP menurut Association for Educational Communications and Technology atau disingkat AECT 2004, sebagai landasan, karena didalam definisi tersebut menerangkan bahwa
“the study and ethical practice of facilitating learning and improving
performance by creating, using, and managing appropriate technological
processes and resources.” Ini adalah definisi terbaru yang menyatakan
bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya yaitu untuk:
a) Memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien dan menarik
b) Meningkatkan kinerja
C. TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
Dalam
teknologi pendidikan improving performance atau diterjemahkan sebagai
meningkatkan kinerja lebih sering merujuk pada suatu pernyataan
mengenai keefektifan; bisa merupakan cara-cara yang diharapkan membawa
hasil yang berkualitas, produk yang diharapkan dapat menciptakan proses
belajar yang efektif, dan perubahan-perubahan kompetensi yang dapat
diterapkan di dunia nyata. Makna belajar itu pun menhBelajar merupakan
suatu rangkaian proses interpretasi berdasarkan pengalaman yang telah
ada, interpretasi tersebut kemudian dicocokan pengalaman-pengalaman
baru.
Efektif
sering kali berdampak pada efisiensi, yaitu hasil yang dicapai dengan
penggunaan waktu, tenaga, dan biaya seminim mungkin. Namun apa yang
dimaksud dengan efisien sangatlah tergantung pada tujuan yang hendak
dicapai. Efisiensi dalam gerakan pengembangan instruksional sistematis
didefinisikan sebagai menolong peserta didik mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya yang diukur dengan evaluasi
terstruktur (tes, ulangan, dsb). Oleh sebab itu proses kegiatan belajar
dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sistematis. Pandangan ini berbeda
dengan pendekatan cara belajar konstruktivis. Cara pandang
konstruktivis menekankan pada posisi peserta didiklah yang menentukan
tujuan mereka sendiri dan bagian apa yang hendak dipelajari. Belajar
yang benar dan berhasil adalah apabila ilmu pengetahuan dapat dipahami
secara mendalam, dialami, dan diterapkan untuk mengatasi
masalah-masalah di dunia nyata, bukan berdasar hasil ujian atau
ulangan. Konstruktivisme cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan
belajar daripada pentahapan kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar
ini merupakan konsteks yang kaya, baik dari landasan pengetahuan,
masalah yang otentik, dan perangkat yang digunakan untuk memecahkan
masalah. Itulah sebabnya efisiensi tergantung pada apa tujuan yang
hendak dicapai dalam proses belajar.
Sementara kata performance atau kinerja merujuk pada dua hal yang saling berkesinambungan:
a) Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut dapat diaplikasikan secara nyata.
a) Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut dapat diaplikasikan secara nyata.
b)
Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih baik, alat
dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para guru maupun
perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik yang lebih mumpuni.
Hasilnya mereka dapat menolong berbagai institusi mencapai tujuan
dengan lebih baik.
Itulah
mengapa teknologi pendidikan menyatakan dirinya sebagai salah satu
bidang yang punya kemampuan untuk meningkatkan produktifitas pada level
individu yaitu peserta didik dan tenaga pendidik hingga level
organisasi.
Dalam
tulisan Molenda dan Pershing makna peningkatan performa atau kinerja
dibatasi pada keterlibatan teknologi dalam bidang pendidikan semata.
Artinya bahwa teknologi dapat meningkatkan peran pendidikan untuk
memperbaiki kinerja dan kualitas manusia.
A. Peningkatan Kinerja Peserta Didik Sebagai Pribadi
Pembelajaran
dewasa ini menghadapi dua tantangan. Tantangan pertama, adanya
perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua
adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan
perkembangan yang sangat luar biasa. Dalam kerangka pembelajaran
individual, teknologi pendidikan sebagai sebuah studi berupaya untuk
meningkatan kinerja atau performa peserta didik melalui beberapa cara
yaitu:
1. Memberi
pengalaman belajar bernilai lebih dengan difokuskan pada tujuan yang
hendak dicapai, bukan sekedar keberhasilan melewati serangkaian test
terstruktur.
2. Alih-alih menghafal pelajaran, melalui pemanfaatan teknologi pengalaman-pengalaman belajar yang didapat diharapkan dapat membawa pada tingkat pemahaman yang lebih dalam. Jika proses belajar ini dibuat lebih bernilai dengan mendesainnya sedemikian rupa, maka pengetahuan dan kompetensi yang baru dapat tertransfer lebih baik lagi.
2. Alih-alih menghafal pelajaran, melalui pemanfaatan teknologi pengalaman-pengalaman belajar yang didapat diharapkan dapat membawa pada tingkat pemahaman yang lebih dalam. Jika proses belajar ini dibuat lebih bernilai dengan mendesainnya sedemikian rupa, maka pengetahuan dan kompetensi yang baru dapat tertransfer lebih baik lagi.
Individual
learning atau pembelajaran individual dapat diartikan “the ability of
individuals to experience personal growth in their interactions with
the world around them.” (www.ask.com).
Melalui pembelajaran individual peserta didik langsung mengalami apa
yang dipelajarinya, membangun sebuah pemahaman dengan model
self-discovery sehingga penghayatan akan makna pelajaran menjadi lebih
dalam tertanaman. Ada sebuah pepatah Cina kuno yang mengatakan
“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat;
Apa yang saya lakukan, saya paham.”
Pembelajaran
bernilai lebih yang dimaksud oleh teknologi pendidikan adalah bahwa
melalui aplikasi teknologi dalam bidang pendidikan:
1.
Tujuan pembelajaran yang berfokus pada tes atau ujian yang sifatnya
sangat dangkal dapat diubah. Artinya bahwa pembelajaran bagi siswa
bukanlah sekedar menggali kemampuan kognitif, apalagi pada tingkat
kognitif yang rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tujuan
pembelajaran yang sekedar “berhasil dalam ujian” sudah pasti tidak
memberikan peningkatan performa pada peserta didik.
2. Pengabaian pendidikan akan adanya multiple intelegensi pada peserta didik dapat dihindari. Menurut Howard Gardner, hakikatnya terdapat 7 tipe intelegensia anak (manusia secara umum), namun di sekolah hanya 2 tipe yang dimasukkan dalam intrakurikuler yaitu kemampuan berbahasa dan logika matematika. Sementara 5 intelegensia yaitu musik, kemampuan spasial, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal hanya merupakan tambahan. Konsekuensinya, output pembelajaran dalam pendidikan formal cenderung diasosiasikan dengan ilmu pengetahuan yang sempit, terbatas, dan pada tingkat yang redah.
2. Pengabaian pendidikan akan adanya multiple intelegensi pada peserta didik dapat dihindari. Menurut Howard Gardner, hakikatnya terdapat 7 tipe intelegensia anak (manusia secara umum), namun di sekolah hanya 2 tipe yang dimasukkan dalam intrakurikuler yaitu kemampuan berbahasa dan logika matematika. Sementara 5 intelegensia yaitu musik, kemampuan spasial, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal hanya merupakan tambahan. Konsekuensinya, output pembelajaran dalam pendidikan formal cenderung diasosiasikan dengan ilmu pengetahuan yang sempit, terbatas, dan pada tingkat yang redah.
3.
Pembelajaran dapat merambah pada semua tingkat atau ranah kemampuan
peserta didik yang semestinya baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik (taksonomi Bloom). Oleh karenanya salah satu cara yang
diusahakan oleh teknologi pendidikan untuk meningkatkan kinerja peserta
didik adalah melalui praktek-praktek design pembelajaran (pendekatan ID
sistematis - Morrison)a ang mengarahkan perencana pembelajaran berpikir
tentang berbagai outcome pembelajaran dan mengklarifikasi pada level
apa tipe pembelajaran yang diharapkan. Jika saja keadaan ini tercipta
maka peserta didik lebih dapat menikmati pengalaman aktifitas-aktifitas
belajar dan metode penilaian yang sesuai dengan kebutuhan belajar,
bukan sekedar ujian yang terstandarisasikan.
4. Kedalaman pembelajaran lebih mungkin dicapai. Hal ini untuk mengatasi apa yang sering terjadi dalam proses belajar yaitu belajar untuk menghafal. Weigel mengemukakan istilah pembelajaran di permukaan (surface learning) dan pembelajaran mendalam (deep learning) untuk memberikan perbedaan tujuan yang menyolok. Surface learning diwakilkan oleh kebiasaan penghafalan fakta, memperlakukan materi sebagai bagian-bagian informasi yang tidak berkaitan, dan melakukan prosedur rutin tanpa berpikir. Sebaliknya tujuan deep learning adalah mendorong peserta didik mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan yang sudah didapat, mencari pola-pola utama, mempelajari pernyataan-pernyataan yang ada secara kritis, dan merefleksikannya dengan pemahaman mereka sendiri. Deep learning dapat terjadi dalam komunitas pembelajar yang berorientasi pada penyelidikan (inquiry-oriented). Komunitas ini bisa tercipta melalui aplikasi teknologi informasi dengan memanfaatkan web berbasis jaringan kerja seperti blog.
4. Kedalaman pembelajaran lebih mungkin dicapai. Hal ini untuk mengatasi apa yang sering terjadi dalam proses belajar yaitu belajar untuk menghafal. Weigel mengemukakan istilah pembelajaran di permukaan (surface learning) dan pembelajaran mendalam (deep learning) untuk memberikan perbedaan tujuan yang menyolok. Surface learning diwakilkan oleh kebiasaan penghafalan fakta, memperlakukan materi sebagai bagian-bagian informasi yang tidak berkaitan, dan melakukan prosedur rutin tanpa berpikir. Sebaliknya tujuan deep learning adalah mendorong peserta didik mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan yang sudah didapat, mencari pola-pola utama, mempelajari pernyataan-pernyataan yang ada secara kritis, dan merefleksikannya dengan pemahaman mereka sendiri. Deep learning dapat terjadi dalam komunitas pembelajar yang berorientasi pada penyelidikan (inquiry-oriented). Komunitas ini bisa tercipta melalui aplikasi teknologi informasi dengan memanfaatkan web berbasis jaringan kerja seperti blog.
5.
Terjadi transfer pembelajaran dalam dunia pendidikan formal. Diakui
bahwa teknologi dapat membantu siswa memiliki kemampuan yang tinggi,
sekaligus menerapkan pengetahuan baru di luar ruang kelas. Artinya
bahwa dengan teknologi transfer ilmu pengetahuan tidak terbatas semata
dalam ruang kelas melalui design pembelajaran (disebut sebagai soft
technology) yang disusun pengajar, namun juga melalui hard technology
yaitu penciptaan dan pemanfaatan lingkungan dimana pembelajar dapat
mempraktekan pengetahuan dan kemampuannya dalam dunia nyata.
Teknologi pendidikan tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik di sekolah maupun di tempat kerja dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknologi teknologi lunak seperti desain pembelajaran (ID) dan hard-tech, juga penciptaan dan pemanfaatan lingkungan di mana peserta didik dapat mempraktekkan dan mengaplikasi ilmu pengetahuan yang didapat dalam dunia nyata.
Teknologi pendidikan tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik di sekolah maupun di tempat kerja dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknologi teknologi lunak seperti desain pembelajaran (ID) dan hard-tech, juga penciptaan dan pemanfaatan lingkungan di mana peserta didik dapat mempraktekkan dan mengaplikasi ilmu pengetahuan yang didapat dalam dunia nyata.
B. Peningkatan Kinerja Guru dan Para Perancang Pembelajaran
Aplikasi
teknologi dalam bidang pendidikan dapat menolong para tenaga pengajar
menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan bernilai manusiawi.
Teknologi pendidikan bagi pengajar memiliki manfaat luar biasa terutama
dalam meminimalisir waktu pembelajaran dan meningkatkan efektifitas
yang pada akhirnya dapat menambah produktifitas tenaga pengajar.
Beberapa
langkah yang bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dan
perancang desain pembelajaran adalah seperti penjelasan singkat berikut
ini.
1. Mengurangi waktu pembelajaran.
TP
memberikan wawasan untuk membantu para guru dan para desainer(trainer)
mengurang waktu yang tidak efisien dalam pembelajaran melalui prosedur
prosedur khusus dalam analisa kebutuhan dan analisa pembelajaran
Melalui prosedur ini mengetahui apa yang menjadi tujuan pasti Dari
tujuan pasti dari proses pembelajaran (penyampaian materi) dngan tujuan
itu lah proyek pembelajarn di mulai. Konsekuensinya guru dan para
desainer mengurangi waktu pembelajaan yang tidak efektif untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
2. Menciptakan pembelajaran yang lebih menguntungkan dari segi biaya.
Desain pembelajaran yang sistemasis menolong para perencana pembelajaran mencapai hasil yang luar biasa menguntungkan.
2. Menciptakan pembelajaran yang lebih menguntungkan dari segi biaya.
Desain pembelajaran yang sistemasis menolong para perencana pembelajaran mencapai hasil yang luar biasa menguntungkan.
3. Menciptakan pembelajan yang ramah. pembelajaran lebih menarik.
Yang dimaksut dengan menarik disini sangat variasi tergantung kasus per kasus, tetapi secara umum pembelajaran yang menarik memiliki beberapa pengertian:
Yang dimaksut dengan menarik disini sangat variasi tergantung kasus per kasus, tetapi secara umum pembelajaran yang menarik memiliki beberapa pengertian:
A. Menantang, memberikan ekspetasi yang tinggi.
B. Memiliki kesesuaian dengan pengalaman peserta didik di masa lalu dan dimasa yang akan datang.
C. Ada unsur humor dan permainan dalam pembelajaran.
D. Mempertahankan perhatian siswa melalui hal-hal yang baru.
E. Terlibat secara intelektual dan emosional.
F. Menggunakan berbagai bentuk penyajian.
Teknologi
Pendidikan (TP) mempunyai sejarah panjang yang sangat menarik. Banyak
inovasi-inovasi pembelajaran yang diinspirasi dari teroi kognitifisme,
konstruktifisme, seperti problem base lerning yang didisaen untuk
meningkatkan peserta belajar yang disampaikan oleh pengajar.
4. Menghormati nilai-nilai kemanusiaan.
4. Menghormati nilai-nilai kemanusiaan.
Banyak
inovasi didalam Teknologi Pendidikan (TP) yang berfokuskan dalam
nilai-nilai kemanusiaan. Artinya murid adalah orang yang tidak dijejali
ilmu saja atau dengan kata lain adalah memanusiakan murid. Hal ini
sesuai dengan bentuk inovasi yang dibuat dengan melihat murid dari segi
behaviourisme. Secara singkat dapat di samapikan bahwa hasil inovasi
Teknologi Pendidikan (TP) menempatkan peserta didik sebagai pemegang
control dalam proses pembelajaran.
C. Peningkatan Kinerja Organisasi
Pada
awalnya teknologi diadopsi oleh organisasi adalah untuk meningkatkan
produktifitas organisasi, terutama untuk memangkas biaya dan
meningkatkan hasil. Itulah yang menjadi tujuan pemanfaatan teknologi di
dunia bisnis dan industri. Namun tujuan ekonomis seperti ini boleh
dikata kurang populer di organisasi atau lembaga pendidikan seperti
sekolah dan perguruan tinggi. Oleh sebab itu perlu dikaji lebih dalam
lagi beberapa kemungkinan peran teknologi dalam meningkatkan
produktifitas di organisasi pendidikan.
1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
Efisiensi
adalah doing things right (dengan benar) dan efektifitas adalah doing
the right things (yang benar). Dalam dunia pendidikan kata efisiensi
bisa dipandang sebagai rancangan, pengembangan, dan melakukan
pembelajaran dnegan cara memanfaatkan sumber-sumber sekecil mungkin
untuk mencapai hasil yang, paling tidak, sama atau lebih baik.
Sementara kata efektifitas berarti melakukan perbuatan yang memang
benar-benar bisa menolong peserta didik mencapai tujuan pembelajaran
yaitu menguasai pengetahuan, punya keahlian, dan terjadi perubahan
sikap. Kita membutuhkan keduanya. Pembelajaran yang efisien menjadi
kehilangan makna jika tidak bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar yang
diinginkan tetapi boros penggunaan biaya, tidak tepat waktu, atau tidak
punya dampak menghasilkan lulusan yang tepat guna sama dengan
pembelajaran yang tidak produktif.
2. Sebuah perspektif sistem bagi kinerja organisasi
Dalam
pendidikan kalimat “hasil yang diinginkan” bisa bermakna berbeda sesuai
dengan persepsi masing-masing orang. Oleh sebab itu perlu sebuah
pengukuran what goals are worth pursuing and what indicators should be
used to measure progress toward those goals” (hal.65). Banyak
perdebatan yang dilakukan oleh ilmuwan pendidikan apakah memang ukuran
keberhasilan yang dipakai oleh organisasi-organisasi bisnis dan
industri (ekonomi) bisa dengan begitu saja diterapkan dalam organisasi
pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, pendekatan atau cara pandang
sistem, secara total dan menyeluruh dapat membantu organisisi atau
institusi pendidikan mendefinisikan dan mencapai tujuan yang berharga
(output) dengan proses pembelajaran yang seefisien dan seefektif
mungkin.
Esensi
dari pendekatan sistem adalah melangkah ke belakang dan mencatat faktor
apa saja yang terjadi di sekitar dan mempengaruhi kejadian-kejadian
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan melihat kondisi
pembelajaran di kelas maka dapat diperoleh pemahaman lingkungan apa
yang seharusnya diciptakan untuk mendukung strategi pembelajaran yang
lebih berdampak.
Organisasi
dapat meningkatkan produktifitas komponen yang ada di dalamnya,
terutama faktor SDM nya dengan menolong mereka memperoleh pengetahuan
yang baru, keahlian baru, dan menciptakan sikap baru yang lebih
positif. Namun ada usaha lain yang lebih mendalam yaitu dengan mengubah
kondisi-kondisi di dalam organisasi sehingga orang lebih dapat memiliki
performa kerja lebih baik lagi untuk mencapai tujuan organisasi, dengan
atau tanpa pembelajaran tambahan. Usaha perbaikan kinerja yang sifatnya
noninstructional intervention seperti mencipatkan kondisi kerja yang
lebih baik, alat kerja yang lebih memadai, dan memotivasi pekerja
menjadi lebih giat dilabelkan sebagai HPT atau human performance
improvement atau Teknologi Kinerja Manusia. Keseluruhan intervensi yang
bersifat instruksional dan noninstruksional dalam organisasi merupakan
usaha untuk mengembangkan atau meningkatkan kinerja organisasi.
3. HPT
HPT
atau Teknologi Kinerja Manusia menurut Pershing adalah “the study and
ethical practice of improving productivity in organizations by
designing and developing effective interventions that are
result-oriented, comprehensive, and systemic.” HPT merupakan
seperangkat metode, prosedur, dan strategi untuk memecahkan masalah
dalam kerangka organisasi. Sesuai dengan namanya maka HPT bersentuhan
langsung dengan potensi manusia sebagai sumber daya kerja dalam
organisasi. Penanganan performa SDM dengan baik akan dapat meningkatkan
kualitas kinerja organisasi. Bagaimana departemen Human Resource atau
Personalia mengelola karyawan untuk meningkatkan efektifitas kerja
mereka adalah bidang yang ditangani oleh HPT. Intinya HPT mengkaji
tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja orang dalam suatu
organisasi melalui pendekatan yang sistematis, sistematis dan ilmiah.
Para teknolog kinerja tidak selalu merancang intervensi pembelajaran
sebagai suatu solusi dalam memecahkan masalah.
Menurut Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. Dalam Teknologi
Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, (terjemahan Dewi S.
Prawiradilaga, dkk). Teknolog kinerja akan cenderung memperhatikan
peningkatan insentif, desain pekerjaan, pemilihan personil, umpan balik
atau alokasi sumber sebagai intervensi. Hal ini mencakup empat proses
yaitu analisa, desain, pengembangan, dan produksi. Menurut teknologi
kinerja yang pada akhirnya menolong kita melihat posisi teknologi
pendidikan dalam HPT secara menyeluruh adalah bahwa pendidikan
merupakan satu dari berbagai intervensi yang mungkin diterapkan dalam
meningkatkan kinerja di tempat kerja.
5 Maret 2022 pukul 16.52
Buy online ford edge titanium for sale | TITanium Industries
Find the best titanium exhaust wrap online ford edge titanium price to make real titanium white octane money titanium tent stakes with the citizen promaster titanium most advanced parts and components in titanium white fennec the world.
Posting Komentar